[27 Mei] Airports Kinesis, salah satu konsultan bandara di Bali utara asal
Kanada, siap merealisasikan pembangunan bandara baru di Kecamatan
Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.
I Made Mangku,
perwakilan Airports Kinesis, menegaskan pihaknya sudah mendapatkan
komitmen investor dari Korea Selatan yang siap mendanai pembangunan
bandara yang diperkirakan membutuhkan investasi mencapai Rp50 triliun.
“Bahkan, kalau diizinkan kami siap groundbreaking yang tanggalnya disiapkan 28 Agustus untuk menunjukkan keseriusan kami,” tuturnya
Lokasi
Kubutambahan dipilih karena dari tujuh lokasi yang ditawarkan kepada
Kemenhub, daerah ini memiliki skor paling tinggi. Airports Kinesis
memastikan lokasi bandara tidak akan berada di daratan, melainkan
seluruhnya berada di lautan.
Rencananya, total lahan yang
dibutuhkan seluas1.400 hektare (ha), di mana 264 ha di antaranya
merupakan lahan reklamasi, sedangkan sisanya memanfaatkan tiang
pancang. Mangku menuturkan hanya 264 ha lahan direklamasi karena
kedalaman lautnya sekitar 30 m, sedangkan lahan sisanya murni di atas
laut yang tidak memungkinkan reklamasi karena kedalamannya mencapai 500
m.
Dia menegaskan landas pacu untuk bandara itu akan dibuat dua,
dengan panjang masing-masing mencapai 3.600 m sehingga bisa melayani
pesawat berbadan lebar. Adapun, kapasitas terminal penumpang mampu
menampung sebanyak 2.700 orang per hari.
Untuk pasokan energi, Mangku menuturkan akan dibangun pembangkit listrik (power plant)
bertenaga arus laut dengan kapasitas listrik mencapai 34 MW. Untuk
ementara kebutuhan bahan baku air akan menggunakan air laut yang
didesalinasi menjadi air tawar. Bandara tersebut rencananya juga
dilengkapi kereta listrik untuk menghubungkan penumpang dari terminal ke
terminal.
Selain itu, di bandara itu akan dilengkapi juga dengan
kawasan pendukung untuk perdagangan, akomodasi wisata, hingga dermaga
marina serta dermaga khusus bagi nelayan sekitar. Mangku menegaskan
keberadaan bandara ini tidak hanya memecah kepadatan di Bali selatan.
“Orientasi tidak saja pariwsiata, tetapi hal lain seperti ekspor barang
setengah jadi yang bahan bakunya dari daerah lain. Kalau selama ini ke
sini macet, nanti barang setengah jadi dikumpulkan di bandara ini untuk
diekspor,” jelasnya.
Sampai saat ini, pihaknya sudah melakukan
prastudi kelayakan, serta melapor kepada Gubernur Bali, dan Kementerian
Perhubungan. Margono, salah satu mitra pendanaan dari Airports Kinesis,
mengungkapkan sudah ada komitmen dari salah satu bank besar di Korea
Selatan dengan skema pinjaman.
Adapun pelaksana proyek yang siap
membangun adalah Daewoo dan Hyundai. Keduanya sangat berminat ikut
berperan di proyek bandara Bali utara, karena sempat urung terlibat pada
pembangunan bandara di Juanda, Sidoarjo.
Margono menekankan
pembangunan bandara ini tidak akan memanfaatkan dana dari APBD Bali, dan
APBN yang diyakini bakal lama. Selain itu, pihaknya memaklumi minimnya
kekuatan dana bersumber dari kas daerah. “Untuk itu kami siap membantu
pelaksanaan sampai selesai dengan sistem BOT 35 tahun ataupun bisa
diperpanjang. Saya minta bantuan dari pemda bantu perizinan sekaligus
perbankan yang ditunjuk pelaksana bandara ini,” jelas Margono yang juga
petinggi di PT Amarta Nusantara Energi itu.
Trade Commisioner
Kedubes Kanada Tommy Ruslim menambahkan investor dari Kanada sangat
serius menggarap bandara Bali utara. Bahkan, lanjutnya, timnya juga
sudah bekerja lapis demi lapis dan per sektor agar dapat mencapai hasil
semaksimal mungkin. “Kami juga siap bekerja sama dengan pihak-pihak lain
untuk menggarap bandara ini,” tuturnya.
Sementara itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengharapkan
investor serius dan lebih cepat mewujudkan bandara Bali utara. Dia
mengakui sudah banyak pihak menyatakan ketertarikan, tetapi yang ada
progres adalah Airports Kinesis. Secara khusus pihaknya memuji konsep green airport yang diusung investor.
Dia
juga sudah mengeluarkan surat rekomendasi kepada investor untuk
melanjutkan tahapan berikutnya. Sayangnya, surat rekomendasi dari Bupati
Buleleng justru belum turun sehingga sangat disayangkan.
Mantan
Kapolda Bali itu menegaskan proses pembangunan bandara masih sangat
panjang, karena ada sekitar tiga tahap perizinan. Tahap pertama izin
lokasi setelah itu studi, kemudian amdal dan baru turun izin
pelaksanaan.
Bahkan setelah pelaksanaan dimulai, izin
operasionalnya juga sangat panjang. Karena itu, katanya, sangat
diharapkan bantuan Buleleng mengeluarkan surat rekomendasi. “Nah itu,
kenapa rekomendasi dari Buleleng belum kenapa alasannya. Jadi kami
harapkan bupati Buleleng apa sih pertimbangannya, rekomendasi saja bukan
izin,” tegasnya.
Pastika menekankan bandara itu akan
menyeimbangkan antara kawasan Bali utara dan selatan. Saat ini, kondisi
Pulau Dewata seperti kapal miring karena selatan menanggung beban lebih
besar.
Akibat kepadatan Bandara Ngurah Rai memunculkan banyak
keluhan akibat lamanya pesawat berputar-putar. Namun di sisi lain, masih
banyak maskapai yang meminta slot penerbangan langsung ke Bali. Pastika
mengaku mendengar hal tersebut dari Presiden Joko Widodo langsung.
“Beliau , bilang setiap keluar negeri selalu ditanya slot direct flight. Pak Wapres juga,” tekannya.
sumber: tempo
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar