[9 Mar] PT PLN
(Persero) memperkirakan adanya potensi penghematan Rp 331,2 miliar dari
pengoperasian jaringan transmisi 150 kilovolt (kV) Poso-Palu.
Penghematan itu diperoleh dari berkurangnya pemakaian bahan bakar
minyak (BBM) untuk melistriki Palu. Pasalnya, saat beban puncak listrik
di Palu mencapai 84 megawatt (MW), pasokan listrik ke masyarakat
didominasi dengan pembangkit bahan bakar diesel (PLTD). Mahalnya harga
BBM mengakibatkan tingginya biaya produksi listrik per kilowatthour
(kWh).
"Kami akan mengurangi pembangkit yang memakai BBM sekitar 10-14 MW,"
terang GM PLN Suluttenggo, Baringin Nababan di Palu, Sulawesi Tengah,
Senin (9/3/2015).
Tak hanya itu, lanjut Baringin, pengoperasian jaringan transmisi
Poso-Palu akan menyelesaikan krisis listrik yang terjadi di Palu.
Transmisi sepanjang 284 kilometer Sirkuit (kms) tersebut akan
menyalurkan listrik sebesar 24 MW yang dihasilkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso II.
"Masyarakat sudah menunggu pengoperasian jaringan transmisi ini," ujar
Baringin.
Tambahan pasokan listrik yang ada, dapat digunakan oleh masyarakat
untuk kegiatan ekonomi yang produktif sehingga diharapkan dapat ikut
mendorong pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tengah.
Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola berharap dengan adanya
transmisi Poso-Palu, tidak ada lagi pemadaman bergilir khususnya di
wilayah Palu, Donggala dan Sigi.
Namun dia meminta agar PLN tetap menambah kapasitas jaringan transmisi untuk memperkuat pasokan listrik di wilayah tersebut.
"Memang ada tambahan ini, defisit 8 MW bisa teratasi. Tapi itu untuk
sementara kalau pembangkit smua normal, kalau ada gangguan gimana? Jadi
saya minta agar tahun ini ditambah lagi transmisinya," terangnya.
(Ndw/Ahm)
sumber liputan6
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar