
Baterai biasanya terdiri dari anoda dan katoda, di mana 70% dari beratnya adalah katode. Katoda ini digunakan sebagai wadah untuk reaktan (misalnya Oksigen), yang merupakan 5% dari berat. Reaktan ini diperlukan untuk melepaskan energi dalam anoda logam. Terlihat di sini sebagian besar berat baterai tidak dipergunakan secara optimal.
Perlu diketahui aluminum memiliki potensi energi yang sangat besar (8kWh/kg). Dan pada prinsipnya baterai ini menghasilkan listrik melalui reaksi kimia antara pelat aluminium yang dicelupkan ke dalam air dan oksigen dari udara. Yang menjadi masalah setelah aluminium mengoksidasi, maka reaksi berhenti.
Tapi sekarang perusahaan ini mengungkapkan telah menemukan teknologi untuk membuat baterai metal-air yang sebelumnya non rechargeable menjadi rechargable. Perusahaan ini mengatakan teknologinya memungkinkan reaksi itu terus berlanjut. Baterai yang sudah habis dayanya bisa cepat diganti di bengkel-bengkel mobil, dan aluminium dari baterai yang sudah mati dapat didaur ulang dan digunakan untuk baterai baru.
sumber voaindonesia, phinergy, alcoa, itrade.gov.il
untuk jarak 1600 km itu dengan motor berapa watt? mestinya si pembuat berita jelaskan saja kemampuan itu berapa kalai lipat dari type yg sudah ada (juga disebutkan type battery sebelumnya). kalau berita begini, kita sulit membayangkannya.
BalasHapushardy
Betul Pak, info dari voa saat itu memang sangat minim sekali. Juga tidak bisa menambah terutama karena kami tidak mengetahui nama perusahaan yang dimaksud. Tapi sekarang sudah dapat nama perusahaannya, yaitu Phinergy.com. Sehingga sekarang lebih mudah menambahkan info lebih banyak. Selamat membaca.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus