[20 Sept] Pasar otomotif Tanah Air saat ini sedang menghadapi gelombang pasang
mobil murah yang diklaim ramah lingkungan (LCGC). Pabrikan otomotif asing
berlomba-lomba memproduksi mobil dibawah Rp 100 jutaan tersebut.
Itu
semua direstui pemerintah lewat pemberian insentif perpajakan berupa
pembebasan bea masuk dan diskon Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM).
Namun,
disudut sana, ada pihak yang cemburu karena merasa dianaktirikan.
Yaitu, para anak negeri pencipta mobil listrik. "Terlepas dari
pro-kontra mobil murah, kami cemburu. Kami berharap tidak dianaktirikan
oleh pemerintah," kata Dasep Ahmadi, pencipta mobil listrik, saat
berbincang dengan merdeka.com, Kamis (19/9) malam.
Dengan kata
lain, Dasep meminta pemerintah memerlakukan mobil listrik setara mobil
murah. Sudah lebih dari setahun Dasep menunggu pemerintah mengeluarkan
kebijakan yang pro mobil listrik. "Insentif mobil murah dan hibrid sudah
ada, yang belum buat mobil listrik," katanya.
Diakuinya, harga
mobil listrik sulit menyamai mobil murah. Tapi, mobil listrik menawarkan
biaya operasional yang rendah serta keberpihakan yang tinggi terhadap
lingkungan. Kemudian, peningkatan harga diri bangsa, karena mobil
listrik sepenuhnya dihasilkan lewat tangan-tangan anak negeri.
"Seharusnya ini menjadi prioritas nasional."
Tidak seperti mobil
listrik, kehadiran mobil listrik bisa jadi minim penolakan dari
masyarakat ataupun kepala daerah. Ini lantaran produsen ingin
mengarahkan mobil listrik sebagai kendaraan umum berbadan besar,
sehingga bisa sejalan dengan upaya pemerintah mengurangi kemacetan.
"Kami sudah menyelesaikan pembuatan bus listrik," kata Dasep.
Sehingga,
tidak ada salahnya pemerintah juga memercepat mengeluarkan kebijakan
yang pro mobil listrik. Jangan biarkan mobil listrik tenggelam ditengah
gelombang pasang mobil murah yang masih menuai pro-kontra.
Berkacalah
pada China yang bakal menyubsidi pembeli kendaraan berbahan bakar
listrik, hampir listrik dan hidrogen hingga 2015. Untuk itu, telah
disediakan anggaran 60.000 yuan.
Kebijakan itu bertujuan agar
penjualan mobil Cina, seperti BYD, berbahan bakar listrik dan baterai
meningkat. Dengan demikian, polusi udara di kota-kota utama negeri tirai
bambu itu bisa berkurang.
merdeka
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar