[20 Mei] Kementerian Riset dan Teknologi meluncurkan prototipe mobil listrik
nasional di Yogyakarta, Senin, 20 Mei 2013. Kendaraan berkapasitas 15
penumpang produk penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
ini dioperasikan di Taman Pintar sebagai angkutan wisatawan keliling
keraton dan alun-alun.
Menteri Negara Riset dan Teknologi Gusti
Muhammad Hatta mengatakan, kendaraan itu dibuat sesuai dengan arahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada peringatan hari teknologi nasional di Bandung, setahun lalu. Tujuannya membuat inovasi mobil ramah lingkungan berbiaya rendah (low cost green car). “Dan kalau bisa itu angkutan umum,” dia menceritakan gagasan mobil yang diluncurkan di Yogyakarta itu.
Kendaraan listrik itu berupa micro bus
bernomor polisi D-7091-C. Mengandalkan baterai litium 320 VDC 160 Ah
seberat 550 kilogram, kendaraan itu bisa melaju hingga kecepatan
maksimal 100 kilometer per jam. Untuk sekali pengisian baterai, dari
kosong hingga penuh, dibutuhkan waktu pengisian 30 menit dan bisa
menempuh perjalanan maksimal 115 kilometer. Namun, karena kendaraan
dilengkapi pendingin udara, kondisi baterai penuh itu diperkirakan
menjangkau 80-100 kilometer.
Pembuatan kendaraan ini menelan biaya penelitian sebesar Rp 1,8 miliar.
Sebanyak 1,2 miliar di antaranya digunakan sebagai biaya produksi.
Selama beroperasi di Yogyakarta, kondisi mobil akan dipantau dan
dievaluasi kekurangannya sebelum ditawarkan ke pasar. Salah satu
kelemahan kendaraan itu terletak pada baterai. Penelitian masih
dikembangkan untuk menemukan bentuk baterai kecil yang memiliki daya
simpan listrik besar. “Hanya satu yang belum kami kuasai sepenuhnya,
yaitu baterai,” kata dia.
Kendaraan itu, kata dia, bukan
satu-satunya prototipe kendaraan listrik yang dikembangkan. LIPI masih
membuat dua prototipe lain. Satu kendaraan berupa micro bus yang didesain sebagai tempat pertemuan mobil dan satu lainnya berupa sedan.
Ia mengatakan, agar dunia industri tertarik memproduksi massal
kendaraan listrik semacam ini, Kementerian berusaha mengeluarkan
sejumlah kebijakan, seperti keringanan pajak. “Masalahnya sama,” kata
dia. Dia membandingkan dengan kendaraan berbahan bakar minyak yang
sekarang beredar di pasar. “Kami dapat pajak, tapi mereka keluarkan
pencemaran.”
Akibatnya, pemerintah kembali mengeluarkan uang
untuk membersihkan pencemaran yang ditimbulkan. “Empat puluh persen
pencemaran di Jakarta berasal dari kendaraan,” kata dia.
Koordinator peneliti mobil listrik LIPI,
Abdul Hapid, mengatakan, mobil listrik merupakan jawaban atas semua
persoalan kendaraan konvensional. Tak harus mengandalkan energi minyak,
semua jenis sumber daya alam di setiap daerah bisa dimanfaatkan untuk
menghasilkan listrik penggerak. Selain itu, “Mobil listrik nol emisi,”
kata dia.
Prototipe mobil listrik yang diluncurkan di
Yogyakarta itu diakui belum sepenuhnya sempurna. Menurut dia, diharapkan
setahun ke depan, penyempurnaan bisa dilakukan dan hasilnya bisa
ditawarkan ke industri.
sumber: tempo
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar