[26 Mar] Potensi
sampah yang dihasilkan penduduk Indonesia cukup besar. Di Jakarta saja
mencapai 6.000 ton per hari. Sebagai upaya penyelamatan lingkungan,
sampah yang mengandung gas metana harus dioptimalkan untuk diolah dan
dikonversi menjadi energi listrik yangramah lingkungan melalui
pemanfaatan landfill gas dari sampah.
Pemanfaatan
itu sayangnya belum dilakukansecara optimal. Padahal, diIndonesia
terdapat 503 tem-pat pembuangan akhir (TPA) sampah. Hanya saja, kegiatan
3R, yakni reuse, reduce , dan recycle oleh masyarakat belum
berjalan, sehingga pemilihan sampah organik dan anorganik belum
dilakukan. Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lukman Hakim
mengatakan, pengembangan pemanfaatan landfill gas sebagai salah satu
alternatif energi terbarukan perlu terus didukung. Hal ini karena
energi tersebut berasal dari sampah yang ada di tempat pembuangan.
Landfill
gas adalah produk sampingan alami dari dekomposisi sampah di tempat
pembuangan sampah. Dengan memperhitungkan komposisinya maka landfill gas
dapat digunakan untuk pembangkit tenaga listrik. “Landfill gas merupakan
produk sampingan alami dari dekomposisi sampah,” ujar Lukman Hakim, di
sela-sela seminar dan workshop bertema Capacity Building on Landfill Gas
Utilization in ASEAN, di Jakarta, Selasa (5/3).
Lukman
Hakim menjelaskan, landfill adalah gas yang memiliki komposisi utama
30-60 persen metana (CH4) dan 70-40 persen karbondioksida (CO2). Metana
dikenal sebagai gas rumah kaca yang memiliki 23 kali dampak pemanasan
global yang lebih besar daripada karbondioksida. Metode baru pun telah
dilakukan untuk meneliti lebih jauh pemanfaatan landfill gas.
Dengan perhitungan
komposisinya, maka landfill gas dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar
untuk pembangkit tenaga listrik.
Energi Alternatif
Kepala Balai
Besar Teknologi Tepat Guna LIPI Yoyon Ahmudiartomengungkapkan,
pemanfaatan landfill gas sudah diadopsi sebagai sumber energi alternatif
di banyak negara. Indonesia mulai mengadopsi teknologi ini tahun 2009 dan
diimplementasikan di Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat. “Di sejumlah
negara di ASEAN, seperti Thailand, Filipina, dan Vietnam, berhasil
memanfaatkan landfill gas menjadi sumber energi yang relatif besar. Di beberapa tempat pembuangan sampah di Thailand yang
memanfaatkan landfill gas telah mampu menghasilkan energi dengan
kapasitas maksimum 20 megawatt. Di
Indonesia baru Bantargebang yang mengadopsi teknologi ini,” ucapnya.
Vice
Managing Director Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang LF
Lumbantoruan mengakui, pihaknya terus meningkatkan kapasitas produksi
energi dari pengolahan sampah.Tahun 2010, TPST Bantargebang telah
berhasil mengembangkan energi sebesar 10 megawatt dan
sudah dimanfaatkan PLN Jawa-Bali dengan harga pembelian listriknya Rp
850 perKwH. “Ke depan, kami akan terus berupaya untuk bisa meningkatkan
energi listriknya mencapai 25 mega-watt,” ucapnya. Menurutnya,
kualitas landfill gas akan bagus jika kandungan organik sampah mencapai
70-80 persen. Namun, di Indonesia pemilahan sampah belum berjalan
sehingga rentan bercampur bahan berbahaya dan beracun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar